"Sungguh indah kehidupan seorang muslim. Jika dia mendapatkan nikmat maka akan BERSYUKUR, jika mendapatkan ujian maka akan BERSABAR"

Jumat, 19 Maret 2010

Agar para penderita tuna larynx dapat kembali berbicara

Ostomy adalah suatu jenis tindakan operasi yang diperlukan dengan membuat lubang (stoma) pada bagian tubuh tertentu. Salah satu macam ostomy adalah Laryngectomy, yakni operasi yang dilakukan terhadap pasien penderita kanker laring (tenggorokan) yang sudah mencapai stadium lanjut. Operasi ini akan mengambil bagian tenggorokan yang terkena kanker sampai bersih. Dampak dari operasi ini akan menjadikan trachea (saluran yang menghubungkan antara rongga mulut-hidung dengan paru) terpisah dengan eshopagus dan pasien pasca operasi tidak dapat lagi bernapas dengan hidung, melainkan melalui stoma (sebuah lubang di leher pasien).

Suara manusia dihasilkan oleh perpaduan antara paru-paru, katup tenggorokan (epiglottis) dengan pita suara (vocal cord), dan artikulasi yang diakibatkan oleh adanya rongga mulut (mouth cavity) dan rongga hidung (nose cavity) [3]. Pengangkatan laring, otomatis akan mengangkat perangkat suara manusia. Sehingga pasca operasi laring, pasien tidak dapat lagi berbicara (bersuara) sebagaimana sebelumnya. Hal inilah yang menjadikan pukulan berat bagi pasien.

Berbagai usaha agar para penderita tuna laring dapat kembali berbicara telah dilakukan. Paling sedikit telah dikenal tiga macam cara:
 Esophageal (SE), Wicara esophagus (suara perut)
 Tracheoesophageal (TE), Alat bantu yang di tanam (shunt)
 Electrolaryngeal (EL) speech Electrolaring.

Wicara Esofagus adalah cara berbicara dengan menggunakan saluran makanan setinggi pita suara asli sebagai sumber bunyi. Sedangkan udara penggetarnya berasal dari udara yang di "telan", namun sebelum masuk ke dalam lambung di dorong kembali ke atas untuk menggetarkan pita suara pengganti [1]. Setelah pengangkatan total laring, paru-paru tidak lagi berhubungan dengan mulut, namun langsung pada lubang yang ada di leher. Mekanisme bernafas, setelah operasi, terpisah dengan mekanime makan. Mampu meniup, dilanjutkan bersendawa, kemudian membentuk suku kata, selanjutnya kalimat sederhana hingga menyanyi [2]. Itulah langkah-langkah dalam berlatih suara esophagus.

Alat bantu yang di tanam (shunt) diantara saluran udara dan saluran makan adalah alternative lain agar para penderita tuna larynx dapat kembali berbicara. Metode ini sumber bunyinya tetap saluran makanan setinggi pita suara asli, tetapi udara penggetarnya dari paru. Udara dari paru menuju pita suara pengganti. [4] Hal ini dapat terjadi dengan syarat saat berbicara aliran udara ke luar "stoma", lubang di leher, haruslah ditutup. Sehingga udara akan mengarah ke saluran kerongkongan melalui pita suara pengganti yang telah ditanam diantara saluran udara dan makanan. Metode ini menghasilkansuara yang cukup bagus, akan tetapi metode ini mempunyai resiko infeksi yang cukup tinggi. Faktor kebersiahan merupakan factor yang sangat penting.

Alternatif lainnya menggunakan Electrolaring. Alat ini diletakkan pada dagu bawah. Getaran yang ada pada leher ketika seseorang berbicara akan digunakan untuk menghasilkan suara. Hal yang sangat tidak menggembirakan, suara yang dihasilkan oleh electrolaring sangat lah datar, tidak ada intonasi sama sekali. Sehingga suara yang dihasilkan “mirip robot” dan tidak menarik.

Referensi:
1. Nury Nusdwinuringtyas, Tanpi pita suara: bicara kembali, Blog spot,
Februari, 2009
2. American Cancer Society. Cancer facts and figures-2002
3. Fellbaum, K.: Human-Human Communication and Human-Computer, Interaction by
Voice. Lecture on the Seminar "Human Aspects of Telecommunications for
Disabled and Older People". Donostia (Spain), 11 June 1999
4. www.webwhispers.org/news/oct2004, Nopember 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar